Zaman menuntut di pengajian merupakan zaman yang paling indah pernahku dilalui.Setelah lulus di tingkat diploma di sebuah kolej swasta, aku ditawarkan menghubungkan studi di sebuah IPTA timur Malaysia. Sungguh kutaksangka, rupa-rupanya Tuhan menyambut doaku.Bertahun-tahun kuhimpunkan doa kepada Tuhan agar aku dapat memasuki IPTA seperti teman-teman yang lain, akhirnya dimakbulkan juga.
Di IPTA aku bertemu dengan teman-teman baru. Sikapku yang bersahabat membuat aku disenangi teman-teman.Aku bersyukur karena memperoleh otak yang agak genius. Sehingga setiap mata pelajaran, aku mendapat tempat yang terbaik. Sampai di tahun akhir kami diberi satu proyek akhir untuk di siapkan. Proyek inilah yang menentukan masa depan kami. Aku mendapat tugas yang sulit. Namun aku mencoba juga buat proyek tersebut sebaik mungkin. Sampai di saat perbentangan terakhir. Aku masih lagi tak dapat menyiapkan proyek itu sepenuhnya.Bagaimana aku ingin membentangkan proyek yang belum sepenuhnya siap itu? Mungkin teman-teman akan mentertawakan aku. Kemungkinan juga markahku akan ditolak dan seterusnya aku akan gagal untuk semester itu, dan akhirnya aku akan menghubungkan satu semester lagi jika pembentanganku ini gagal. Sedang otakku ligat berfikir, aku menemukan satu taktik kotor. Aku bertemu dengan temanku yang bernama Dina. Aku membujuknya agar mengubah giliran pembentangan denganku.
Pada mulanya dia menolak juga. Dia juga belum bersedia lagi untuk bentangkan Proyeknya pada hari pertama. Tapi setelah aku membujuk rayu, akhirnya dia setuju untuk mengubah giliran hari pembentangan denganku. Ini berarti dia akan menggantikan aku pada hari pertama sedangkan aku akan membentangkan projekku pada keesokan harinya. Baki sehari itu bolehlah kusiapkan sisa-sisa tugas yang tak siap. Seperti diduga, dia dimarahi akibat hasil pembentangan yang tidak rapi. Aku lihat dia hanya menundukkan kepala. Sedangkan aku, proyek ku dapat kubentang dengan sukses.
2 tahun berlalu, aku masih mencari-cari peluang pekerjaan. Sudah puas aku menghadiri temuduga ke sana kemari, tapi hasilnya tidak ada satu pun perusahaan yang ingin mengambil aku bekerja dengan mereka. Aku belek sertifikat-sertifikat dan anugerah pelajar cemerlang yang kuperolehi. Tiba-tiba airmataku bertakung apabila sekeping gambar aku bersama teman-teman sepengajian dulu terjatuh. Mataku melihat kearah raut wajah Dina. aku segera menelepon Dina. Aku meminta maaf darinya. Mungkin karena ingin mengejarkan gelar siswa terbaik, aku menolak nilai-nilai mulia. kami bertanya kabar. Rupanya dia sudah memiliki karir, tak seperti aku. Masih menganggur sampai hari ini ..... amin
nukilan siti atiqah
ohh, macam tu kisahnya rupanya, baru tau hehe...
ReplyDeletetapi story ni memg best, cite mcm ni la bagus, boleh dijadikan pengajaran kat org lain, terutama yg masih blajar...